Kultum Ramadhan 2022
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Kultum Hari Pertama Ramadhan: Sunah yang Sering Diabaikan Selama Ramadhan
Kultum Ramadhan 2022 Hari ke-2: Puasa Melatih Kesabaran Diri
Kultum Ramadhan 2022 hari kedua akan mengangkat tema tentang puasa melatih kesabaran diri.
Puasa bagi umat muslim adalah menahan diri untuk tidak makan dan minum, serta tidak melakukan segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, yang dimulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu.
Latihan kesabaran menahan dahaga untuk tidak minum. Menahan untuk tidak berhubungan suami istri di siang hari bulan Ramadan adalah latihan sabar.
Menahan agar tidak marah, menahan tidak berkata-kata yang menyakitkan, menahan tidak berkomentar buruk di media sosial adalah latihan sabar.
Seperti sabda Rasulullah SAW:
"Puasa itu setengah sabar," (HR. Tirmidzi).
sebetulnya adalah pengendalian diri, menahan diri dari hal-hal yang bisa merusak. Baik merusak syariat, maupun merusak akal, dan merusak yang bersifat fisik.
Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang menyuruh sabar terlebih dahulu sebelum beribadah. Kalau kita lihat lebih jauh, semua aspek hidup harus dibarengi dengan inti kesabaran.
Allah SWT berfirman:
وَ لِرَبِّكَ فَاصۡبِرۡؕ
Wa li Rabbika fasbir
Artinya: "Dan karena Tuhanmu, bersabarlah," (Al-Muddassir: 7)
Ayat ini memerintahkan untuk bersikap sabar, karena dalam berbuat taat itu pasti banyak rintangan dan cobaan yang dihadapi.
Kultum Ramadhan Hari Ke-3, Tema : Keutamaan Menyegerakan Berbuka Puasa dan Mengakhirkan Sahur
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang melimpah, hingga tak terasa kita bisa dipertemukan kembali di Bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.
Tak lupa, shalawat serta salam kita curahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, hingga kepada kita semua selaku umatnya.
Teks Kultum Ramadhan Hari Ke-3, Tema : Keutamaan Menyegerakan Berbuka Puasa dan Mengakhirkan Sahur

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang melimpah, hingga tak terasa kita bisa dipertemukan kembali di Bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.
Tak lupa, shalawat serta salam kita curahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, hingga kepada kita semua selaku umatnya.
Yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (QS Al-Baqarah: 183)
Selain kewajiban berpuasa, di bulan Ramadhan terdapat amalan yang baik ketika dilaksanakan, yaitu mengakhirkan sahur dan berbuka puasa.
Saat datang waktu buka puasa, maka disunahkan dan sebaiknya disegerakan jangan sampai ditunda-tunda.
Rasulullah SAW pernah bersabda, saat berbuka maka makan dan minumlah secukupnya.
"Jika salah seorang berpuasa, hendaknya ia berbuka dengan kurma. Jika tidak ada kurma, maka dengan air. Sebab, air itu mensucikan." (HR Abu Dawud).
Bukan hanya itu, orang yang menyegerakan berbuka puasa dicintai Allah SWT. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Ra, yang artinya:
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW bersabda: "Allah SWT berfirman,Sesungguhnya orang yang paling aku cintai diantara hamba-hamba-ku ialah orang yang segera berbuka."
Selain buka puasa, makan sahur merupakan salah satu amalan kebaikan yang ketika dilakukan mendatangkan berkah.
"Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka." (HR Ahmad).
Demikianlah kultum singkat yang dapat saya sampaikan. Segala manfaat dan pengetahuan semua datangnya dari Allah, sementara jika ada salah ucap atau perbuatan itu datangnya dari saya. Mohon maaf atas segala kekurangannya.
Rabbana atina fiddunya hasanah, wafil akhirati hasanah, waqinaa adzabannar.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Kultum Ramadhan 2022 Hari ke-4: Hal yang Membuat Puasa Sia-Sia
Oleh : Bpk. Hary Setyawan, S.Pd.I.
Ada banyak keutamaan puasa di bulan Ramadan yang bisa diperoleh, namun ada beberapa hal yang harus dihindari agar puasa yang dilakukan jadi tidak sia-sia.
Rasulullah SAW bersabda:
"Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga." (HR. Ibnu Majah)
Berpuasa bukanlah hanya sekadar bisa menahan diri dari tidak makan dan tidak minum, namun puasa juga menahan diri dari segala sesuatu yang tidak diridai Allah SWT.
Oleh sebab itu, orang yang menjalankan ibadah puasa merupakan orang yang mempuasakan seluruh anggota badan dan panca-inderanya dari dosa.
Jangan sampai kita melakukan sesuatu yang justru bisa merusak amalan puasa, karena berpuasa diniatkan untuk lebih meningkatkan ketakwaan
Kultum Ramadhan 2022 Hari ke-4: Hal yang Membuat Puasa Sia-Sia
Kultum Ramadhan hari ke-4 puasa 2022 tentang perbuatan yang membuat puasa jadi sia-sia
Ada banyak keutamaan puasa di bulan Ramadan yang bisa diperoleh, namun ada beberapa hal yang harus dihindari agar puasa yang dilakukan jadi tidak sia-sia.
Rasulullah SAW bersabda:
"Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga." (HR. Ibnu Majah).
Berpuasa bukanlah hanya sekadar bisa menahan diri dari tidak makan dan tidak minum, namun puasa juga menahan diri dari segala sesuatu yang tidak diridai Allah SWT.
Oleh sebab itu, orang yang menjalankan ibadah puasa merupakan orang yang mempuasakan seluruh anggota badan dan panca-inderanya dari dosa.
Jangan sampai kita melakukan sesuatu yang justru bisa merusak amalan puasa, karena berpuasa diniatkan untuk lebih meningkatkan ketakwaan.
Dalam surah Al-Baqarah ayat 183 Allah SWT berfirman:
يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُتِبَ عَلَيۡکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَۙ
Yaa ayyuhal laziina aamanuu kutiba 'alaikumus Siyaamu kamaa kutiba 'alal laziina min qablikum la'allakum tattaquun
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. AL-Baqarah: 183).
Dikutip dari tafsir Kemenag, uraian tentang hikmah berpuasa, misalnya: untuk mempertinggi budi pekerti, menimbulkan kesadaran dan kasih sayang terhadap orang-orang miskin, orang-orang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, melatih jiwa dan jasmani, menambah kesehatan dan lain sebagainya.
Beberapa hal yang dianggap merusak pahala puasa dan membuat puasa jadi sia-sia, seperti dilansir PA Buntok, adalah:
1. Berkata-kata keji dan mengumpat
Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:
“Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang berpuasa janganlah berkata keji dan mengumpat, jika seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar hendaklah dia mengatakan: aku sedang berpuasa," (Hadis Muttafaq ’alaih).
2. Berghibah
Berghibah juga bisa membuat amalan puasa jadi sia-sia dan ini termasuk penyakit hati yang keluar dari lisan seseorang.
Berghibah bahkan diibaratkan dengan memakan daging saudara sendiri yang telah meninggal.
Firman Allah SWT yang artinya:
“Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang". (QS. Al-Hujurat,49: 12)
3. Berdusta
Berbohong atau berdusta secara tegas disebutkan oleh Rasulullah sebagai penyebab puasa sia-sia. Allah tidak membutuhkan puasa orang yang suka berdusta:
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan pengamalannya, maka Allah tidak mempunyai keperluan untuk meninggalkan makanan dan minumannya" (HR. al-Bukhari).
4. Memfitnah
Fitnah merupakan sesuatu yang sangat berbahaya dan perbuatan ini mampu merugikan banyak pihak, baik pembuat fitnah maupun yang difitnah.
Dalam Al-Baqarah ayat 217 Allah berfirman tentang bahayanya perbuatan fitnah:
"..berbuat fitnah lebih kejam daripada membunuh" (QS. Al Baqarah: 217).
Kemudian Allah berfirman:
اِذۡ تَلَـقَّوۡنَهٗ بِاَ لۡسِنَتِكُمۡ وَتَقُوۡلُوۡنَ بِاَ فۡوَاهِكُمۡ مَّا لَـيۡسَ لَـكُمۡ بِهٖ عِلۡمٌ وَّتَحۡسَبُوۡنَهٗ هَيِّنًا ۖ وَّهُوَ عِنۡدَ اللّٰهِ عَظِيۡمٌ
iz talaqqawnahuu bi alsinatikum wa taquuluuna bi afwaahikum maa laisa lakum bihii 'ilmunw wa tahsabuu nahuu haiyinanw wa huwa 'indl laahi 'aziim
Artinya: "(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar." (QS. An-Nur: 15).
Selain itu, hindari pula hal-hal yang mengarah kepada kemaksiatan dan keburukan, karena jika masih melakukannya, maka amal puasa yang kita jalankan akan menjadi sia-sia.
Kultum Ramadhan 2022 Hari ke-5: Puasa Benteng Diri dari Api Neraka
Oleh : Bpk. Hary Setyawan, S.Pd.I.
Dalam sebuah hadis diriwayatkan yang artinya:
"Puasa itu adalah perisai, maka apabila seorang dari kalian sedang melaksanakan puasa, janganlah dia berkata keji dan jangan pula bertingkah laku jahil (seperti mengejek, atau bertengkar sambil berteriak). Jika ada orang lain yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka hendaklah dia mengatakan 'Aku orang yang sedang berpuasa'" (Muttafaq 'alaih).
Dari hadis di atas, maka yang dimaksud dengan puasa sebagai benteng diri adalah dengan berpuasa, maka kita umat Islam diminta dapat menahan diri tidak hanya dari makan dan minum, tetapi juga dari segala perkataan maupun perbuatan keji yang dilarang dilakukan, seperti emosi, berkelahi, bertengkar, mengejek, dan lainnya.
Ini juga berarti bahwa orang yang mampu menahan emosinya, maka sesungguhnya ia adalah seorang pemenang. Karena sebenarnya ia bisa memenangkan kondisi tersebut dalam posisi yang lebih kuat.
Selain itu, dengan menahan emosi atau amarah justru seorang muslim bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Rasululullah SAW bersabda:
“Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka." (HR. Ahmad dan Baihaqi).
Jika puasa sudah berhasil membentuk pribadi muslim dengan kemampuan menahan diri, maka sudah tentu kita menjadi tinggal memetik kemenangan dalam dirinya, termasuk terhindar dari api neraka.
Dengan terbangunnya benteng yang kokoh, diharapkan kita juga mampu menahan berbagai gempuran hawa nafsu yang menyerang.
Tetapi sebaliknya, jika puasa malah tidak mampu menjadikan seorang muslim memiliki benteng yang kokoh, maka ini bisa merusak diri sendiri dan lingkungannya, naudzubillah.
Kultum Hari Keenam
Silakan klik link berikut untuk melihat referensi materinya :
https://deskjabar.pikiran-rakyat.com/ragam/pr-1134195013/kultum-tentang-7-keutamaan-puasa-ramadhan-dilengkapi-doa-hari-ke-6-hingga-hari-ke-10-ramadhan?_gl=1%2A12rukf8%2A_ga%2AeUlGSEx4clFEZVFSSVhZbkZBQmpPcFROd0VIRDFXOTJzSGIzMU41UW5KempSUDZSVWhnQ3Q3ajhLT1UzcFZwSA..&page=6
Kultum Hari Ketujuh
Beberapa hal yang salah saat sholat berjamaah
1. Mendahului gerakan imam
2. Makmum di belakang atau sebelah kiri dari imam saat hanya ada 2 orang saja yaitu imam dan 1 makmum
3. Tidak mengucapkan Aamiin saat surat Al Fatihah selesai diucapkan imam
Kultum Hari Kedelapan
Bicara tanpa Pahala, Ini Dia
Berikut ini adalah beberapa bencana yang dapat ditimbulkan oleh lidah.
1. Membicarakan Sesuatu Yang Tidak Bermanfaat.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya di antara kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat [HR. Tirmidzi dan Ibnu Mâjah]”.
Home Syi'ar Islam 4 Beginner
Bicara tanpa Pahala, Ini Dia
WAKTU atau usia adalah modal untuk melakukan amal sholih. Orang yang mengerti hakikat ini, maka dia tidak akan menggunakannya kecuali untuk perkara yang bermanfaat. Dia akan berusaha memanfaatkan segala potensi diri untuk mendapatkan pahala sebanyak mungkin. Diantara yang bisa dimanfaatkan untuk menabung bekal di sisi Allah adalah lidah.
Dengan lidah, seseorang bisa berdzikir dan saling menasihati sehingga meraih banyak pahala. Namun sebaliknya, lidah juga bisa mengakibatkan dosa dan menyeret seseorang ke neraka, jika tidak dimanfaatkan untuk kebaikan. Kesadaran seseorang terhadap fungsi dan bahaya lisan ini akan mendorong dirinya untuk menjaga lidah, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat.
Berikut ini adalah beberapa bencana yang dapat ditimbulkan oleh lidah.
1. Membicarakan Sesuatu Yang Tidak Bermanfaat.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya di antara kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat [HR. Tirmidzi dan Ibnu Mâjah]”.
Sesuatu yang tidak bermanfaat itu, bisa berupa perkataan atau perbuatan; perkara yang haram, atau makruh, atau perkara mubah yang tidak bermanfaat. Oleh karena itu, supaya terhindar dari bahaya lisan yang pertama ini, hendaklah seseorang selalu berusaha membicarakan sesuatu yang mengandung kebaikan. Jika tidak bisa, hendaknya diam. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia mengucapkan sesuatu yang baik atau diam. [HR. Bukhâri dan Muslim].
2. Berdebat Dengan Cara Batil Atau Tanpa Ilmu
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya orang yang paling dimurkai oleh Allah adalah orang yang selalu mendebat. [HR. Bukhâri dan Muslim].
Mendebat yang dimaksud adalah mendebat dengan cara batil atau tanpa ilmu. Sedangkan orang yang berada di pihak yang benar, sebaiknya dia juga menghindari perdebatan. Karena debat itu akan membangkitkan emosi, mengobarkan kemurkaan, menyebabkan dendam, dan mencela orang lain. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meningalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya. [HR. Abu Dawud].
Bicara tanpa Pahala, Ini Dia
WAKTU atau usia adalah modal untuk melakukan amal sholih. Orang yang mengerti hakikat ini, maka dia tidak akan menggunakannya kecuali untuk perkara yang bermanfaat. Dia akan berusaha memanfaatkan segala potensi diri untuk mendapatkan pahala sebanyak mungkin. Diantara yang bisa dimanfaatkan untuk menabung bekal di sisi Allah adalah lidah.
Dengan lidah, seseorang bisa berdzikir dan saling menasihati sehingga meraih banyak pahala. Namun sebaliknya, lidah juga bisa mengakibatkan dosa dan menyeret seseorang ke neraka, jika tidak dimanfaatkan untuk kebaikan. Kesadaran seseorang terhadap fungsi dan bahaya lisan ini akan mendorong dirinya untuk menjaga lidah, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat.
Berikut ini adalah beberapa bencana yang dapat ditimbulkan oleh lidah.
1. Membicarakan Sesuatu Yang Tidak Bermanfaat
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya di antara kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat [HR. Tirmidzi dan Ibnu Mâjah]”.
Sesuatu yang tidak bermanfaat itu, bisa berupa perkataan atau perbuatan; perkara yang haram, atau makruh, atau perkara mubah yang tidak bermanfaat. Oleh karena itu, supaya terhindar dari bahaya lisan yang pertama ini, hendaklah seseorang selalu berusaha membicarakan sesuatu yang mengandung kebaikan. Jika tidak bisa, hendaknya diam. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia mengucapkan sesuatu yang baik atau diam. [HR. Bukhâri dan Muslim].
2. Berdebat Dengan Cara Batil Atau Tanpa Ilmu
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya orang yang paling dimurkai oleh Allah adalah orang yang selalu mendebat. [HR. Bukhâri dan Muslim].
Mendebat yang dimaksud adalah mendebat dengan cara batil atau tanpa ilmu. Sedangkan orang yang berada di pihak yang benar, sebaiknya dia juga menghindari perdebatan. Karena debat itu akan membangkitkan emosi, mengobarkan kemurkaan, menyebabkan dendam, dan mencela orang lain. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meningalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya. [HR. Abu Dawud].
Mengingkari kemungkaran dan menjelaskan kebenaran merupakan kewajiban seorang Muslim. Jika penjelasan itu diterima, itulah yang dikehendaki. Namun jika ditolak, maka hendaklah dia meninggalkan perdebatan. Ini dalam masalah agama, apalagi dalam urusan dunia, maka tidak ada alasan untuk berdebat.
3. Banyak Berbicara, Suka Mengganggu dan Sombong
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Sesungguhnya termasuk orang yang paling kucintai di antara kamu dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang-orang yang paling baik akhlaqnya di antara kamu. Dan sesungguhnya orang yang paling kubenci di antara kamu dan paling jauh tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah ats-tsartsârûn, al-mutasyaddiqûn, dan al-mutafaihiqûn. Para sahabat berkata: “Wahai Rsulullah, kami telah mengetahui al-tsartsârûn dan al-mutasyaddiqûn, tetapi apakah al-mutafaihiqûn? Beliau menjawab: “Orang-orang yang sombong”. [HR Tirmidzi].
Imam Tirmidzi rahimahullah mengatakan, ”ats-Tsartsâr adalah orang yang banyak bicara, sedangkan al-mutasyaddiq adalah orang yang biasa mengganggu orang lain dengan perkataan dan berbicara jorok kepada mereka”.
Hal ini tidak termasuk pada perkataan sindiran untuk memberi peringatan, asal tidak berlebihan. Karena tujuannya adalah untuk membangkitkan hati dan menggerakkannya menuju kebaikan.
4. Mengucapkan Perkataan Keji, Jorok, Celaan, dan Semacamnya
Mengucapkan perkataan keji, jorok, celaan, dan semacamnya adalah perbuatan tercela dan terlarang. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan orang yang keji (buruk akhlaqnya), dan bukan orang yang jorok omongannya. [HR. Tirmidzi dan Ahmad].
Perkataan keji dan jorok adalah mengungkapkan perkara-perkara yang dianggap keji (tabu) dengan kata-kata gamblang. Misalnya adalah perkataan yang tidak sopan, perkataan yang dapat menggugah syahwat dan semacamnya.
5. Berlebihan dalam Bercanda
Yaitu semua waktunya digunakan untuk bercanda dan membuat orang tertawa. Sesungguhnya banyak canda akan menjatuhkan wibawa, menyebabkan dendam dan permusuhan, serta mematikan hati. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Janganlah kamu memperbanyak tawa, karena sesungguhnya banyak tertawa itu akan mematikan hati. [HR. Ibnu Mâjah].
Apalagi jika banyak bercanda ini ditambahi dusta, maka jelas akan lebih berbahaya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan dengan sabda beliau yang artinya: “Kecelakaan bagi orang yang menceritakan suatu, lalu dia berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya! Kecelakaan baginya!. [HR. Tirmidzi dan Abu Dâwud].
Bercanda boleh saja jika dilakukan kadang-kadang dan dengan perkataan yang benar, sebagaimana canda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka hal itu tidak mengapa. Bahkan, sebagian ulama menyatakan bahwa canda dalam perkataan benar itu seperti garam dalam makanan.
WAKTU atau usia adalah modal untuk melakukan amal sholih. Orang yang mengerti hakikat ini, maka dia tidak akan menggunakannya kecuali untuk perkara yang bermanfaat. Dia akan berusaha memanfaatkan segala potensi diri untuk mendapatkan pahala sebanyak mungkin. Diantara yang bisa dimanfaatkan untuk menabung bekal di sisi Allah adalah lidah.
Dengan lidah, seseorang bisa berdzikir dan saling menasihati sehingga meraih banyak pahala. Namun sebaliknya, lidah juga bisa mengakibatkan dosa dan menyeret seseorang ke neraka, jika tidak dimanfaatkan untuk kebaikan. Kesadaran seseorang terhadap fungsi dan bahaya lisan ini akan mendorong dirinya untuk menjaga lidah, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat.
Berikut ini adalah beberapa bencana yang dapat ditimbulkan oleh lidah
1. Membicarakan Sesuatu Yang Tidak Bermanfaat.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya di antara kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat [HR. Tirmidzi dan Ibnu Mâjah]”.
Sesuatu yang tidak bermanfaat itu, bisa berupa perkataan atau perbuatan; perkara yang haram, atau makruh, atau perkara mubah yang tidak bermanfaat. Oleh karena itu, supaya terhindar dari bahaya lisan yang pertama ini, hendaklah seseorang selalu berusaha membicarakan sesuatu yang mengandung kebaikan. Jika tidak bisa, hendaknya diam. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia mengucapkan sesuatu yang baik atau diam. [HR. Bukhâri dan Muslim].
2. Berdebat Dengan Cara Batil Atau Tanpa Ilmu
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya orang yang paling dimurkai oleh Allah adalah orang yang selalu mendebat. [HR. Bukhâri dan Muslim].
Mendebat yang dimaksud adalah mendebat dengan cara batil atau tanpa ilmu. Sedangkan orang yang berada di pihak yang benar, sebaiknya dia juga menghindari perdebatan. Karena debat itu akan membangkitkan emosi, mengobarkan kemurkaan, menyebabkan dendam, dan mencela orang lain. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meningalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya. [HR. Abu Dawud].
Mengingkari kemungkaran dan menjelaskan kebenaran merupakan kewajiban seorang Muslim. Jika penjelasan itu diterima, itulah yang dikehendaki. Namun jika ditolak, maka hendaklah dia meninggalkan perdebatan. Ini dalam masalah agama, apalagi dalam urusan dunia, maka tidak ada alasan untuk berdebat.
3. Banyak Berbicara, Suka Mengganggu dan Sombong
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Sesungguhnya termasuk orang yang paling kucintai di antara kamu dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang-orang yang paling baik akhlaqnya di antara kamu. Dan sesungguhnya orang yang paling kubenci di antara kamu dan paling jauh tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah ats-tsartsârûn, al-mutasyaddiqûn, dan al-mutafaihiqûn. Para sahabat berkata: “Wahai Rsulullah, kami telah mengetahui al-tsartsârûn dan al-mutasyaddiqûn, tetapi apakah al-mutafaihiqûn? Beliau menjawab: “Orang-orang yang sombong”. [HR Tirmidzi].
Imam Tirmidzi rahimahullah mengatakan, ”ats-Tsartsâr adalah orang yang banyak bicara, sedangkan al-mutasyaddiq adalah orang yang biasa mengganggu orang lain dengan perkataan dan berbicara jorok kepada mereka”.
Hal ini tidak termasuk pada perkataan sindiran untuk memberi peringatan, asal tidak berlebihan. Karena tujuannya adalah untuk membangkitkan hati dan menggerakkannya menuju kebaikan.
4. Mengucapkan Perkataan Keji, Jorok, Celaan, dan Semacamnya
Mengucapkan perkataan keji, jorok, celaan, dan semacamnya adalah perbuatan tercela dan terlarang. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan orang yang keji (buruk akhlaqnya), dan bukan orang yang jorok omongannya. [HR. Tirmidzi dan Ahmad].
Perkataan keji dan jorok adalah mengungkapkan perkara-perkara yang dianggap keji (tabu) dengan kata-kata gamblang. Misalnya adalah perkataan yang tidak sopan, perkataan yang dapat menggugah syahwat dan semacamnya.
5. Berlebihan dalam Bercanda
Yaitu semua waktunya digunakan untuk bercanda dan membuat orang tertawa. Sesungguhnya banyak canda akan menjatuhkan wibawa, menyebabkan dendam dan permusuhan, serta mematikan hati. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Janganlah kamu memperbanyak tawa, karena sesungguhnya banyak tertawa itu akan mematikan hati. [HR. Ibnu Mâjah].
Apalagi jika banyak bercanda ini ditambahi dusta, maka jelas akan lebih berbahaya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan dengan sabda beliau yang artinya: “Kecelakaan bagi orang yang menceritakan suatu, lalu dia berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya! Kecelakaan baginya!. [HR. Tirmidzi dan Abu Dâwud].
Bercanda boleh saja jika dilakukan kadang-kadang dan dengan perkataan yang benar, sebagaimana canda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka hal itu tidak mengapa. Bahkan, sebagian ulama menyatakan bahwa canda dalam perkataan benar itu seperti garam dalam makanan.
6. Membicarakan Suatu Yang Bathil
Maksudnya adalah menceritakan perbuatan-perbuatan maksiatnya, seperti berbangga dengan perbuatan bermabuk-mabukan atau kemungkaran yang lain. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: Semua umatku mu’âfan (akan diampuni dosanya; atau tidak boleh dighibah) kecuali orang-orang yang melakukan dosa dengan terang-terangan. Dan termasuk melakukan dosa dengan terang-terangan adalah seseorang melakukan suatu perbuatan buruk pada malam hari, kemudian di waktu pagi dia mengatakan, ”Hai Fulan, tadi malam aku melakukan ini dan ini”. Padahal di waktu malam Allah Azza wa Jalla telah menutupi perbuatan buruknya, namun di waktu pagi dia membongkar tutupan Allah.” [HR. Bukhâri dan Muslim].
Oleh karena itulah, barangsiapa yang telah bertaubat dari perbuatan dosa, hendaklah dia menutupi aib dirinya, tidak perlu bercerita kepada orang lain.
Selain yang telah disebutkan di atas, sesungguhnya bencana-bencana lidah masih banyak, seperti ghibah, fitnah, dusta, dan lain sebagainya. Namun sedikit yang kami sampaikan ini mudah-mudahan bisa menjadi pemacu bagi kita semua untuk selalu menjaga lidah kita dari keburukan dan selalu menghiasinya dengan kebaikan.
Kultum Hari Kesepuluh
Ini link materinya :
https://food.detik.com/info-kuliner/d-6022450/ini-5-keutamaan-memberi-makanan-buka-puasa-pahala-berlipat-ganda
Kultum Hari Ke Sebelas
Oleh : KH. Mudarris Abdul Wahab
Pengasuh Ponpes Darul Hikmah Batumarmar Pamekasan
Berkata alhabib muhammad bin ‘alwi almaliki:
أغضب من الطالب الذي لا يحترم أستاذه ولو كان الأستاذ صاحبه
“Aku marah terhadap pelajar yg tidak menghormati gurunya,meskipun sang ustadz adalah temannya.”
Berkata imam nawawi:
ينبغى للمتعلم أن يتواضع لمعلمه ويتأدب معه
“Seyogyanya bagi seorang murid harus merendahkan diri kepada gurunya dan beradab kepadanya
وإن كان أصغر منه سنا واقل شهرة ونسبا وصلاحا لتواضعه يدرك العلم
Meskipun sang guru lebih muda,tidak populer dan lebih rendah nasab serta kesholehannya dari sang murid,karena ilmu bisa di peroleh dengan kerendahan diri dari seorang murid.”
Beliau juga berkata:
عقوق الوالدين تمحوه التوبة وعقوق الأستاذين لا يمحوه شيئ البتة
“Dosa durhaka kepada kedua orang tua bisa di hapus dengan taubat sedangkan dosa durhaka kepada guru tidak bisa di hapus oleh sesuatu apapun.”
Alhabib ‘abdulloh bin ‘alwi alhaddad berkata:
واضر شيئ على المريد تغير قلب الشيخ عليه
“Paling berbahayanya bagi seorang murid(orang yg ingin sampai kepada keridoan alloh,baik kalangan pelajar atau bukan)adalah berubahnya hati dari seorang guru kepadanya
ولو اجتمع على إصلاحه بعد ذلك مشايخ المشرق والمغرب لم يستطيعوه إلا أن يرضى عنه شيخه
Jikalau semua guru dari timur dan barat berkumpul untuk memperbaiki keadaan si murid,maka mereka tidak akan mampu kecuali gurunya telah rido kembali kepadanya.”
Perkataan-perkataan diatas sebagai nasihat bagi kita sebagai murid,namun jika kita sebagai guru,maka janganlah kita mengaharap untuk di hormati.
Semoga kita bisa berbakti kepada guru-guru kita dan mendapatkan ilmu yg bermanfaat serta mendapat berkah dari mereka.
Ceramah Kultum Ramadhan Singkat 2022 Hari ke-13: Menjauhi Ghibah
Berghibah dalam agama Islam merupakan perbuatan yang dilarang dan tergolong sebagai dosa besar. Hukumnya adalah haram.
Gibah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah membicarakan keburukan (keaiban) orang lain, bergunjing dan hal terlarang dalam agama Islam.
Dari sisi bahasa, gibah mengisyaratkan ketidakhadiran orang yang dibicarakan. Definisi gibah adalah membicarakan kejelekan dan aib seseorang, sementara sosok bersangkutan tidak berada di tempat tersebut.
Pembicaraan yang dilakukan berkaitan dengan aib yang tak disukai orang tersebut, mulai dari kekurangan fisik, keturunan, akhlak, tingkah laku, hingga urusan agama atau duniawinya.
Allah SWT berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٌ مِّنۡ قَوۡمٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُوۡنُوۡا خَيۡرًا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٌ مِّنۡ نِّسَآءٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُنَّ خَيۡرًا مِّنۡهُنَّۚ وَلَا تَلۡمِزُوۡۤا اَنۡفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُوۡا بِالۡاَلۡقَابِؕ بِئۡسَ الِاسۡمُ الۡفُسُوۡقُ بَعۡدَ الۡاِيۡمَانِ ۚ وَمَنۡ لَّمۡ يَتُبۡ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوۡنَ
Yaaa ayyuhal laziina aamanuu laa yaskhar qawmum min qawmin 'asaaa anyyakuunuu khairam minhum wa laa nisaaa'um min nisaaa'in 'Asaaa ay yakunna khairam minhunna wa laa talmizuuu bil alqoob; bi'sal ismul fusuuqu ba'dal iimaan; wa mal-lam yatub fa-ulaaa'ika humzhzhaalimuun.
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim," (QS. Al-Hujurat: 11).
Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang mukmin itu bersaudara, baik laki-laki maupun perempuan, dan agar persaudaraan bisa tetap terjaga, Allah mengingatkan kaum Mukminin supaya jangan ada suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain.
Karena boleh jadi, mereka yang diolok-olokkan itu pada sisi Allah jauh lebih mulia dan terhormat dari mereka yang mengolok-olokkan.
Allah juga melarang kaumnya saling memanggil dengan panggilan yang buruk seperti panggilan kepada seseorang yang sudah beriman dengan kata-kata: hai fasik, hai kafir, dan sebagainya.
Perumpaan orang-orang yang suka berghibah disebutkan bahwa itu seperti memakan bangkai saudaranya sendiri, dan ini seperti disampaikan Allah dalam firman-Nya pada ayat 12 surah Al-Hujurat:
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik ... " (QS. Al-Hujurat: 12).
Lalu bagaimana cara yang bisa dilakukan untuk menghindari gibah? Salah satunya adalah segera mendustakan bisikan setan saat hati ada dorongan membicarakan aib orang lain.
Kemudian sadari bahwa gibah adalah perbuatan terlarang dan haram, selain itu kurangi bercanda yang kelewatan agar tidak terjerumus ke arah perbuatan tercela, serta perbanyaklah bergaul dengan orang saleh.
Kultum Hari Ke-14
Kenapa Jumlah Rakaat Shalat Lima Waktu Tidak Sama? Ini Hikmahnya
Shalat ibarat kepala manusia. Mustahil manusia bisa hidup tanpa kepala. Begitu juga segala bentuk perbuatan manusia akan sia-sia tanpa disertai shalat. Shalat adalah inti dari semua ibadah. Shalat menjadi ukuran diterima atau tidaknya amal manusia selama di dunia. Rasulullah SAW bersabda, “Amal seorang hamba yang akan dihisab pertama kali kelak di hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik (diterima), maka seluruh amalnya dianggap baik. Namun jika shalatnya rusak (tidak diterima), maka seluruh amalnya menjadi rusak (tertolak).” HR. al-Thabarani
Ada hikmah yang sangat besar kenapa Allah mewajibkan shalat subuh 2 raka’at, shalat zhuhur, ashar dan isya’ 4 raka’at sementara maghrib 3 raka’at. Ulama mejelaskan hikmah tersebut sebagai berikut:
Shalat subuh hanya 2 raka’at karena pada waktu subuh adalah saat dimana rasa kantuk masih membekas dan badan belum begitu energik karena baru bangun dari tidur. Maka Allah memberikan keringanan untuk shalat subuh hanya 2 raka’at. Zhuhur dan ashar masing-masing 4 raka’at karena pada waktu itu umumnya manusia masih semangat, segar dan energik dalam beraktifitas. Maghrib 3 raka’at sebagai bentuk isyarat bahwa maghrib adalah witirnya siang. Sedangkan isya’ 4 raka’at karena sebagai penambal kekurangan-kekurangan malam dari siang.
Selanjutnya, raka’at shalat hanya 2, 3 dan 4 raka’at, bukan 1 dan 5, karena sebagaimana sayap-sayap malaikat yang juga ada dua-dua, tiga-tiga dan empat-empat. Allah berfirman:
“Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fathir [35]:1)
Dengan saya-sayap tersebut, malaikat dapat sampai kepada derajat yang paling tinggi di sisi Allah. Begitu juga manusia; mereka akan memperoleh derajat yang tinggi di sisi Tuhan mereka jika mereka melaksanakan kewajiban shalatnya yang jumlah raka’atnya terdiri dari 2, 3 dan 4.
Sementara itu, Syaikh Nawawi al-Bantani dalam Sullam al-Munajat menjelaskan hikmah yang berbeda yang ada kaitannya dengan 5 panca indera manusia sebagai berikut:
Dua raka’at subuh sebagai bentuk syukur atas indera pengecap (mulut) yang karenanya manusia bisa merasakan 2 hal yang bersifat halus dan kasar, serta untuk menutupi kesalahan-kesalahan yang datang dari kedua hal tersebut. Empat rara’at shalat zhuhur sebagai bentuk syukur manusia atas indera penciuman (hidung) yang dapat mencium bau dari empat arah. Selain itu, 4 raka’at zhuhur dijadikan sebagai penutup kesalahan yang datang dari empat arah tersebut.
Empat raka’at shalat ashar merupakan tanda syukur manusia atas indera pendengaran (telinga) yang dapat menangkap berbagai jenis suara dari empat arah dan tiga raka’at shalat maghrib karena manusia memiliki indera penglihatan (mata) yang dengannya dapat melihat yang datang dari tiga arah; depan, kanan dan kiri. Sedangkan penglihatan ke arah belakang, tidak mungkin bisa dilakukan. Dengan demikian, 3 raka’at tersebut sebagai bentuk syukur manusia atas kenikmatan tersebut sekaligus sebagai penyemangat untuk menutupi kesalahan-kesalahan yang datang dari tiga arah itu. Adapun 4 raka’at shalat isya’ merujuk kepada bentuk syukur manusia atas nikmatnya indera perasa yang dapat merasakan empat macam rasa yaitu dinginpanas, pahit dan manis.
Kultum Hari Ke-15
Simak 7 waktu doa mustajab, salah satunya waktu yang tepat untuk berdoa di hari Jumat, seperti dilansir PortalJember.com dari kanal YouTube Syekh Ali Jaber yang diunggah pada 24 September 2021.
1. Saat sepertiga malam terakhir
2. Antara azan dan iqamah
3. Di akhir shalat wajib
4. Ketika khatib naik mimbar sampai selesai shalat Jumat
5. Waktu setelah asar hari Jumat
6. Ketika turun hujan
7. Ketika sujud dalam shalat
Kultum Hari Ke-16
Link materi :
https://www.google.com/amp/s/www.inews.id/amp/lifestyle/muslim/kisah-ashabul-kahfi-7-pemuda-beriman-yang-ditidurkan-309-tahun-dalam-gua
Kultum Hari Ke-17
Link :
https://www.kompas.tv/amp/article/122140/videos/tidak-boleh-mencela-makanan?page=3
Kultum hari ke-19
Amalan Ringan Pahala Besar
KHAZANAH RAMADHAN
Sucikan Hati, Sucikan Pikiran
17 Amalan Ringan yang Memiliki Pahala Besar (1)
KHAZANAH ISLAM - Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam memerintahkan umatnya agar menghidupkan bulan Ramadhan dengan amal saleh. Nabi berpesan bahwa celaka orang yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni.
Untuk meraih keutamaan Ramadhan, ada baiknya kita mengerjakan amalan saleh meskipun sedikit dan ringan namun berkesinambungan (istiqamah). Berikut 17 amalan yang mudah dan ringan, namun memiliki pahala besar di sisi Allah berdasarkan hadis Nabi.
1). Membaca "Subhaanallahi wa Bihamdihi Subhaanallaahil 'Adzim".
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ada dua kalimat yang dicintai oleh Allah, ringan di lisan, dan berat ditimbangan: (yaitu bacaan) "subhaanallahi wa bihamdihi subhaanallaahil 'adzim" artinya Mahasuci Allah dan dengan memujiNya, Mahasuci Allah Yang Mahaagung. (Sahih, HR Al-Bukhari)
2). Wudhu dengan Sempurna dan Membaca Doa.
Dari Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُسْبِغُ الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ
"Tidaklah salah seorang di antara kalian berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, kemudian mengucapkan, ‘Asyhadu an laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu’ (Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.) kecuali Allah akan bukakan untuknya delapan pintu langit yang bisa dia masuki dari pintu-pintu mana saja." (HR Muslim)
3). Menghadiri Salat Jumat di Awal Waktu dengan Memperhatikan Adabnya.
Dari Aus bin Aus Ats-Tsaqafi, bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang membasuh (kepalanya) dan mencuci (seluruh tubuhnya) di hari Jumat (mandi besar), lalu berangkat ke masjid pagi-pagi, dan dia mendapatkan khutbah dari awal, dia berjalan dan tidak naik kendaraan, dia (duduk) mendekat ke khatib, konsentrasi mendengarkan khutbah dan tidak berbicara maka setiap langkahnya (dinilai) sebagaimana pahala puasa dan salat malam selama setahun." (Shahiih, HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban)
4). Salat Dhuha 2 Rakaat.
Dari Abu Dzar radhiyallaahu 'anhu, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Setiap ruas tulang kalian wajib disedekahi, setiap tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir bernilai sedekah, amar ma’ruf nahi munkar bernilai sedekah, dan semua kewajiban sedekah itu bisa ditutupi dengan dua rakaat salat dhuha." (HR. Muslim dan Abu Dawud)
5). Berzikir dan Menunggu Syuruq di Masjid Setelah Salat Shubuh.
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang salat subuh berjamaah, kemudian tetap duduk di masjid sampai terbit matahari, kemudian salat 2 rakaat (shalat sunnah Syuruq) maka dia mendapat pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna."
(Hasan, HR. At-Tirmidzi)
6). Membaca Al-Qur'an.
Dari Abdullah bin Mas'ud, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur'an maka dia mendapat satu pahala kebaikan. Dan setiap satu pahala itu dilipatkan menjadi 10 kali lipat…." (Shahih, HR. At-Tirmidzi, At-Thabrani)
7). Membaca Zikir Ketika Masuk Pasar atau Tempat Keramaian.
Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang masuk pasar kemudian dia membaca: 'Laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalahu lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumiitu wa huwa hayyun laa yamuutu, biyadihil khairu, wa huwa 'ala kulli syai'in qadiir' (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah seluruh kerajaan. Dan milik-Nyalah seluruh pujian, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahahidup dan tidak mati, di TanganNyalah segala kebaikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu) maka Allah catat untuknya sejuta kebaikan, Allah hapuskan sejuta kesalahan, dan Allah angkat untuknya satu juta derajat." (Hasan, HR. At-Tirmidzi, Al-Hakim)
8). Salat Berjamaah di Masjid.
Dari Abu Umamah, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang keluar dalam keadaan suci, menuju masjid untuk melaksanakan salat berjama'ah maka pahalanya seperti pahala orang yang sedang haji dalam keadaan ihram." (Hasan: HR. Abu Dawud)
9). Berzikir Saat Terbangun dari Tidur.
Dari Ubadah bin Shaamit, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang terbangun ketika tidur malam kemudian dia membaca: "Laa
ilaha illallahu wahdahu laa syarikalahu lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai'in qadiir. Alhamdulillah, wa subhanallah, wa laa ilaha illallah wallahu akbar wa laa haula wa laa quwwata illa billah" (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata tiada sekutu bagiNya, milikNyalah seluruh kerajaan, milik-Nyalah segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Segala puji milik Allah, Mahasuci Allah, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, Allah Mahabesar. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah) kemudian dia beristighfar atau berdoa maka akan dikabulkan. Jika dia berwudhu kemudian salat dua rakaat maka salatnya diterima." (HR. Al-Bukhari dan Abu Dawud).
8 Adab Makan dan Minum dalam Islam
makan dan minum dalam Islam sudah diatur sedemikian rupa. Dan, sebagai muslim yang taat hendaknya untuk selalu mengikuti berbagai perintah dan ajaran yang ada di dalam Al-Quran. Sesungguhnya Al-Quran merupakan pedoman bagi kehidupan umat Islam, dan Al-Quran tidak akan menyesatkan atau menjerumuskan umat Islam itu sendiri menuju kehancuran.
Berbagai tuntunan tersebut juga telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, mulai dari adab berpakaian, adab bertamu, hingga adab makan dan minum dalam Islam juga telaah dicontohkan sedemikian rupa. Hal tersebut juga dicatat dalam hadist yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi Muhammad SAW. Yang menjadi saksi akan segala hal yang dilakukan Nabi.
Bagi masyarakat Indonesia yang memiliki mayoritas penduduk muslim, sudah sangat kenal dengan berbagai adab yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Namun, adab makan dan minum dalam Islam sendiri mungkin belum sepenuhnya dilaksanakan dengan benar, dan hanya sebatas makan dengan tangan kanan dan didahului doa.
Padahal jika dipahami lebih dalam, adab makan dan minum dalam Islam sendiri sangatlah detail dan memiliki nilai baik dari segi kesehatan dan lain sebagainya. Bahkan dengan menjalankan adab makan dan minum dalam Islam bisa menjaga sebuah tali silaturahmi terhadap sesama muslim, mengingat adab makan dan minum dalam Islam ini sangat menjujung rasa menghargai sebuah hidangan.
Agar semakin jelas apa saja adab makan dan minum dalam Islam yang baiknya diikuti, maka berikut ini silakan disimak.
1. Konsumsi Hidangan yang Halal
Adab makan dan minum dalam Islam yang paling utama dan paling penting tentunya dalam hal memilih makanan dan minuman tersebut. Selalu usahakan dan pastikan jika makanan atau minuman yang akan dikonsumsi merupakan hidangan yang halal. Allah sangat melarang umat muslim mengonsumsi sesuatu yang haram, karena akan sangat banyak sekali kerugian yang didapatkan.
Kewajiban muslim tersebut telah Allah SWT perintahkan dalam Al-Quran surat Al-Mu’minun ayat 51, yang memiliki makna:
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
2. Mencuci Kedua Tangan
Hal yang sangat sederhana, namun untuk masa sekarang ternyata menjadi hal yang wajib dilakukan demi menghindari terkena virus Corona Covid-19. Bayangkan saja, Islam telah mengajarkan untuk mencuci tangan sejak ribuan tahun lamanya sebelum orang-orang di zaman modern baru sadar jika cuci tangan merupakan hal yang wajib dilakukan agar terhindar dari penyakit.
Hal tersebut dijelaskan dalam hadits dari Aisyah radhiallahu’anha, beliau berkata:
“Rasulullah SAW jika beliau ingin tidur dalam keadaan junub, beliau berwudhu dahulu. Dan ketika beliau ingin makan atau minum beliau mencuci kedua tangannya, baru setelah itu beliau makan atau minum.” (HR. Abu Daud no.222, An Nasa’i no.257, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa’i).
hare : Copy Link
logo
HEADLINE HARI INI
Dirjen Perdaglu Kemendag Terjerat Kasus Mafia Minyak Goreng, Dampaknya?
HomeRamadanCahaya Hati
8 Adab Makan dan Minum dalam Islam
Oleh Fakhriyan Ardyanto pada 31 Mei 2020, 08:20 WIB
Makan sahur - buka puasa (iStock)
Perbesar
Ilustrasi makan bersama sahur dan buka puasa (iStockphoto)
Advertisement
Copy Link
Liputan6.com, Jakarta Adab makan dan minum dalam Islam sudah diatur sedemikian rupa. Dan, sebagai muslim yang taat hendaknya untuk selalu mengikuti berbagai perintah dan ajaran yang ada di dalam Al-Quran. Sesungguhnya Al-Quran merupakan pedoman bagi kehidupan umat Islam, dan Al-Quran tidak akan menyesatkan atau menjerumuskan umat Islam itu sendiri menuju kehancuran.
Berbagai tuntunan tersebut juga telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, mulai dari adab berpakaian, adab bertamu, hingga adab makan dan minum dalam Islam juga telaah dicontohkan sedemikian rupa. Hal tersebut juga dicatat dalam hadist yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi Muhammad SAW. Yang menjadi saksi akan segala hal yang dilakukan Nabi.
by TaboolaSponsored Links
Bakar 3 Helai Daun Salam! Untuk apa?
Petanidigital
Advertisement
Bagi masyarakat Indonesia yang memiliki mayoritas penduduk muslim, sudah sangat kenal dengan berbagai adab yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Namun, adab makan dan minum dalam Islam sendiri mungkin belum sepenuhnya dilaksanakan dengan benar, dan hanya sebatas makan dengan tangan kanan dan didahului doa.
Padahal jika dipahami lebih dalam, adab makan dan minum dalam Islam sendiri sangatlah detail dan memiliki nilai baik dari segi kesehatan dan lain sebagainya. Bahkan dengan menjalankan adab makan dan minum dalam Islam bisa menjaga sebuah tali silaturahmi terhadap sesama muslim, mengingat adab makan dan minum dalam Islam ini sangat menjujung rasa menghargai sebuah hidangan.
Agar semakin jelas apa saja adab makan dan minum dalam Islam yang baiknya diikuti, maka berikut ini Liputan6.com telah merangkum 8 adab makan dan minum dalam Islam beserta penjelasan lengkapnya, Sabtu (30/5/2020).
Scroll down untuk melanjutkan membaca
Adab Makan dan Minum dalam Islam
Ilustrasi Makanan Halal Perbesar
Ilustrasi makanan halal (dok. Pixabay.com/rawpixel/Putu Elmira)
1. Konsumsi Hidangan yang Halal
Adab makan dan minum dalam Islam yang paling utama dan paling penting tentunya dalam hal memilih makanan dan minuman tersebut. Selalu usahakan dan pastikan jika makanan atau minuman yang akan dikonsumsi merupakan hidangan yang halal. Allah sangat melarang umat muslim mengonsumsi sesuatu yang haram, karena akan sangat banyak sekali kerugian yang didapatkan.
Kewajiban muslim tersebut telah Allah SWT perintahkan dalam Al-Quran surat Al-Mu’minun ayat 51, yang memiliki makna:
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
2. Mencuci Kedua Tangan
Hal yang sangat sederhana, namun untuk masa sekarang ternyata menjadi hal yang wajib dilakukan demi menghindari terkena virus Corona Covid-19. Bayangkan saja, Islam telah mengajarkan untuk mencuci tangan sejak ribuan tahun lamanya sebelum orang-orang di zaman modern baru sadar jika cuci tangan merupakan hal yang wajib dilakukan agar terhindar dari penyakit.
Hal tersebut dijelaskan dalam hadits dari Aisyah radhiallahu’anha, beliau berkata:
“Rasulullah SAW jika beliau ingin tidur dalam keadaan junub, beliau berwudhu dahulu. Dan ketika beliau ingin makan atau minum beliau mencuci kedua tangannya, baru setelah itu beliau makan atau minum.” (HR. Abu Daud no.222, An Nasa’i no.257, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa’i)
Advertisement
Scroll down untuk melanjutkan membaca
Adab Makan dan Minum dalam Islam
Jadwal Buka Puasa Hari Ini Perbesar
Buka Puasa / Sumber: iStockphoto
3. Doa sebelum Makan
Setelah mencuci kedua tanga, maka selanjutnya adalah dengan berdoa sebagai sebuah rasa syukur terhadap rezeki berupa makanan yang diberikan oleh Allah SWT. Anjuran untuk berdoa tersebut sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia membaca ‘Bismillah’ (dengan menyebut nama Allah). Jika ia lupa membacanya sebelum makan maka ucapkanlah ‘Bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi.” (HR. At-Tirmidzi)
Sedangkan doa untuk makan sendiri berbunyi:
“Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar”
Artinya: “Ya Allah, semoga Engkau berkenan memberikan berkah (kemanfaatan) kepada kami atas apa yang telah Engkau anugerahkan kepada kami dan semoga Engaku berkenan menjaga kami dari siksa api neraka yang menyakitkan.”
4. Gunakan Tangan Kanan
Setelah berdoa, selanjutnya Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan agar makan dengan menggunakan tangan kanan. Memang Islam sangat mengutamakan segala hal dari kanan dan sangat melarang menggunakan tangan kiri. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim).
logo
HEADLINE HARI INI
Dirjen Perdaglu Kemendag Terjerat Kasus Mafia Minyak Goreng, Dampaknya?
HomeRamadanCahaya Hati
8 Adab Makan dan Minum dalam Islam
Oleh Fakhriyan Ardyanto pada 31 Mei 2020, 08:20 WIB
Makan sahur - buka puasa (iStock)
Perbesar
Ilustrasi makan bersama sahur dan buka puasa (iStockphoto)
Advertisement
Copy Link
Liputan6.com, Jakarta Adab makan dan minum dalam Islam sudah diatur sedemikian rupa. Dan, sebagai muslim yang taat hendaknya untuk selalu mengikuti berbagai perintah dan ajaran yang ada di dalam Al-Quran. Sesungguhnya Al-Quran merupakan pedoman bagi kehidupan umat Islam, dan Al-Quran tidak akan menyesatkan atau menjerumuskan umat Islam itu sendiri menuju kehancuran.
Berbagai tuntunan tersebut juga telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, mulai dari adab berpakaian, adab bertamu, hingga adab makan dan minum dalam Islam juga telaah dicontohkan sedemikian rupa. Hal tersebut juga dicatat dalam hadist yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi Muhammad SAW. Yang menjadi saksi akan segala hal yang dilakukan Nabi.
by TaboolaSponsored Links
Bakar 3 Helai Daun Salam! Untuk apa?
Petanidigital
Advertisement
Bagi masyarakat Indonesia yang memiliki mayoritas penduduk muslim, sudah sangat kenal dengan berbagai adab yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Namun, adab makan dan minum dalam Islam sendiri mungkin belum sepenuhnya dilaksanakan dengan benar, dan hanya sebatas makan dengan tangan kanan dan didahului doa.
Padahal jika dipahami lebih dalam, adab makan dan minum dalam Islam sendiri sangatlah detail dan memiliki nilai baik dari segi kesehatan dan lain sebagainya. Bahkan dengan menjalankan adab makan dan minum dalam Islam bisa menjaga sebuah tali silaturahmi terhadap sesama muslim, mengingat adab makan dan minum dalam Islam ini sangat menjujung rasa menghargai sebuah hidangan.
Agar semakin jelas apa saja adab makan dan minum dalam Islam yang baiknya diikuti, maka berikut ini Liputan6.com telah merangkum 8 adab makan dan minum dalam Islam beserta penjelasan lengkapnya, Sabtu (30/5/2020).
Scroll down untuk melanjutkan membaca
Adab Makan dan Minum dalam Islam
Ilustrasi Makanan Halal Perbesar
Ilustrasi makanan halal (dok. Pixabay.com/rawpixel/Putu Elmira)
1. Konsumsi Hidangan yang Halal
Adab makan dan minum dalam Islam yang paling utama dan paling penting tentunya dalam hal memilih makanan dan minuman tersebut. Selalu usahakan dan pastikan jika makanan atau minuman yang akan dikonsumsi merupakan hidangan yang halal. Allah sangat melarang umat muslim mengonsumsi sesuatu yang haram, karena akan sangat banyak sekali kerugian yang didapatkan.
Kewajiban muslim tersebut telah Allah SWT perintahkan dalam Al-Quran surat Al-Mu’minun ayat 51, yang memiliki makna:
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
2. Mencuci Kedua Tangan
Hal yang sangat sederhana, namun untuk masa sekarang ternyata menjadi hal yang wajib dilakukan demi menghindari terkena virus Corona Covid-19. Bayangkan saja, Islam telah mengajarkan untuk mencuci tangan sejak ribuan tahun lamanya sebelum orang-orang di zaman modern baru sadar jika cuci tangan merupakan hal yang wajib dilakukan agar terhindar dari penyakit.
Hal tersebut dijelaskan dalam hadits dari Aisyah radhiallahu’anha, beliau berkata:
“Rasulullah SAW jika beliau ingin tidur dalam keadaan junub, beliau berwudhu dahulu. Dan ketika beliau ingin makan atau minum beliau mencuci kedua tangannya, baru setelah itu beliau makan atau minum.” (HR. Abu Daud no.222, An Nasa’i no.257, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa’i)
Advertisement
Scroll down untuk melanjutkan membaca
Adab Makan dan Minum dalam Islam
Jadwal Buka Puasa Hari Ini Perbesar
Buka Puasa / Sumber: iStockphoto
3. Doa sebelum Makan
Setelah mencuci kedua tanga, maka selanjutnya adalah dengan berdoa sebagai sebuah rasa syukur terhadap rezeki berupa makanan yang diberikan oleh Allah SWT. Anjuran untuk berdoa tersebut sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia membaca ‘Bismillah’ (dengan menyebut nama Allah). Jika ia lupa membacanya sebelum makan maka ucapkanlah ‘Bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi.” (HR. At-Tirmidzi)
Sedangkan doa untuk makan sendiri berbunyi:
“Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar”
Artinya: “Ya Allah, semoga Engkau berkenan memberikan berkah (kemanfaatan) kepada kami atas apa yang telah Engkau anugerahkan kepada kami dan semoga Engaku berkenan menjaga kami dari siksa api neraka yang menyakitkan.”
4. Gunakan Tangan Kanan
Setelah berdoa, selanjutnya Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan agar makan dengan menggunakan tangan kanan. Memang Islam sangat mengutamakan segala hal dari kanan dan sangat melarang menggunakan tangan kiri. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim).
Scroll down untuk melanjutkan membaca
Adab Makan dan Minum dalam Islam
Ilustrasi Sahur, Buka Puasa, Puasa, Ramadan (iStockphoto) Perbesar
Salah Memilih Menu Sahur Selama Puasa Ramadan Berbahaya untuk Tubuh (Ilustrasi/iStockphoto)
5. Tidak Mubazir
Agama Islam sangat melarang umatnya untuk melakukan sebuah kegiatan yang sia-sia atau mubazir. Bahkan Allah sangat melaknat orang-orang yang berlebihan dalam melakukan segala sesuatu, baik dari berpakaian bahkan dalam hal makan dan minum.
Umat muslim sangat dianjurkan untuk makan dan minum secukupnya. Jangan sampai ketika makan justru mengambil porsi makan yang terlalu berlebihan, dan makanan tersebut tidak habis karena kekenyangan. Yang paling parah adalah rasa kekenyangan tersebut berakhir pada dibuangnya makanan yang masih tersisa.
Allah telah berfirman dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 31, yang memiliki arti:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
6. Jangan Mencela Makanan
Seperti yang sempat disinggung pada awal artikel di atas. Bahwa adab makan dan minum dalam Islam sendiri dapat menjaga sebuah hubungan silaturahmi antar sesama manusia. Bahkan hal ini sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Ketika ada di sebuah tempat dan dihidangkan sebuah makanan oleh seseorang, meskipun makanan atau minuman yang dihidangkan tersebut kurang disukai, maka sangat dianjurkan untuk tidak mencelanya. Dan apabila tidak dapat mengonsumsinya, maka cukup tinggalkan saja dan beri alasan yang baik.
“Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan sama sekali. Apabila beliau menyukainya, maka beliau memakannya. Dan apabila beliau tidak suka terhadapnya, maka beliau meninggalkannya.” (HR. Muslim).
logo
HEADLINE HARI INI
Dirjen Perdaglu Kemendag Terjerat Kasus Mafia Minyak Goreng, Dampaknya?
HomeRamadanCahaya Hati
8 Adab Makan dan Minum dalam Islam
Oleh Fakhriyan Ardyanto pada 31 Mei 2020, 08:20 WIB
Makan sahur - buka puasa (iStock)
Perbesar
Ilustrasi makan bersama sahur dan buka puasa (iStockphoto)
Advertisement
Copy Link
Liputan6.com, Jakarta Adab makan dan minum dalam Islam sudah diatur sedemikian rupa. Dan, sebagai muslim yang taat hendaknya untuk selalu mengikuti berbagai perintah dan ajaran yang ada di dalam Al-Quran. Sesungguhnya Al-Quran merupakan pedoman bagi kehidupan umat Islam, dan Al-Quran tidak akan menyesatkan atau menjerumuskan umat Islam itu sendiri menuju kehancuran.
Berbagai tuntunan tersebut juga telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, mulai dari adab berpakaian, adab bertamu, hingga adab makan dan minum dalam Islam juga telaah dicontohkan sedemikian rupa. Hal tersebut juga dicatat dalam hadist yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi Muhammad SAW. Yang menjadi saksi akan segala hal yang dilakukan Nabi.
by TaboolaSponsored Links
Bakar 3 Helai Daun Salam! Untuk apa?
Petanidigital
Advertisement
Bagi masyarakat Indonesia yang memiliki mayoritas penduduk muslim, sudah sangat kenal dengan berbagai adab yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Namun, adab makan dan minum dalam Islam sendiri mungkin belum sepenuhnya dilaksanakan dengan benar, dan hanya sebatas makan dengan tangan kanan dan didahului doa.
Padahal jika dipahami lebih dalam, adab makan dan minum dalam Islam sendiri sangatlah detail dan memiliki nilai baik dari segi kesehatan dan lain sebagainya. Bahkan dengan menjalankan adab makan dan minum dalam Islam bisa menjaga sebuah tali silaturahmi terhadap sesama muslim, mengingat adab makan dan minum dalam Islam ini sangat menjujung rasa menghargai sebuah hidangan.
Agar semakin jelas apa saja adab makan dan minum dalam Islam yang baiknya diikuti, maka berikut ini Liputan6.com telah merangkum 8 adab makan dan minum dalam Islam beserta penjelasan lengkapnya, Sabtu (30/5/2020).
Scroll down untuk melanjutkan membaca
Adab Makan dan Minum dalam Islam
Ilustrasi Makanan Halal Perbesar
Ilustrasi makanan halal (dok. Pixabay.com/rawpixel/Putu Elmira)
1. Konsumsi Hidangan yang Halal
Adab makan dan minum dalam Islam yang paling utama dan paling penting tentunya dalam hal memilih makanan dan minuman tersebut. Selalu usahakan dan pastikan jika makanan atau minuman yang akan dikonsumsi merupakan hidangan yang halal. Allah sangat melarang umat muslim mengonsumsi sesuatu yang haram, karena akan sangat banyak sekali kerugian yang didapatkan.
Kewajiban muslim tersebut telah Allah SWT perintahkan dalam Al-Quran surat Al-Mu’minun ayat 51, yang memiliki makna:
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
2. Mencuci Kedua Tangan
Hal yang sangat sederhana, namun untuk masa sekarang ternyata menjadi hal yang wajib dilakukan demi menghindari terkena virus Corona Covid-19. Bayangkan saja, Islam telah mengajarkan untuk mencuci tangan sejak ribuan tahun lamanya sebelum orang-orang di zaman modern baru sadar jika cuci tangan merupakan hal yang wajib dilakukan agar terhindar dari penyakit.
Hal tersebut dijelaskan dalam hadits dari Aisyah radhiallahu’anha, beliau berkata:
“Rasulullah SAW jika beliau ingin tidur dalam keadaan junub, beliau berwudhu dahulu. Dan ketika beliau ingin makan atau minum beliau mencuci kedua tangannya, baru setelah itu beliau makan atau minum.” (HR. Abu Daud no.222, An Nasa’i no.257, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa’i)
Advertisement
Scroll down untuk melanjutkan membaca
Adab Makan dan Minum dalam Islam
Jadwal Buka Puasa Hari Ini Perbesar
Buka Puasa / Sumber: iStockphoto
3. Doa sebelum Makan
Setelah mencuci kedua tanga, maka selanjutnya adalah dengan berdoa sebagai sebuah rasa syukur terhadap rezeki berupa makanan yang diberikan oleh Allah SWT. Anjuran untuk berdoa tersebut sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia membaca ‘Bismillah’ (dengan menyebut nama Allah). Jika ia lupa membacanya sebelum makan maka ucapkanlah ‘Bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi.” (HR. At-Tirmidzi)
Sedangkan doa untuk makan sendiri berbunyi:
“Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar”
Artinya: “Ya Allah, semoga Engkau berkenan memberikan berkah (kemanfaatan) kepada kami atas apa yang telah Engkau anugerahkan kepada kami dan semoga Engaku berkenan menjaga kami dari siksa api neraka yang menyakitkan.”
4. Gunakan Tangan Kanan
Setelah berdoa, selanjutnya Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan agar makan dengan menggunakan tangan kanan. Memang Islam sangat mengutamakan segala hal dari kanan dan sangat melarang menggunakan tangan kiri. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim).
Scroll down untuk melanjutkan membaca
Adab Makan dan Minum dalam Islam
Ilustrasi Sahur, Buka Puasa, Puasa, Ramadan (iStockphoto) Perbesar
Salah Memilih Menu Sahur Selama Puasa Ramadan Berbahaya untuk Tubuh (Ilustrasi/iStockphoto)
5. Tidak Mubazir
Agama Islam sangat melarang umatnya untuk melakukan sebuah kegiatan yang sia-sia atau mubazir. Bahkan Allah sangat melaknat orang-orang yang berlebihan dalam melakukan segala sesuatu, baik dari berpakaian bahkan dalam hal makan dan minum.
Umat muslim sangat dianjurkan untuk makan dan minum secukupnya. Jangan sampai ketika makan justru mengambil porsi makan yang terlalu berlebihan, dan makanan tersebut tidak habis karena kekenyangan. Yang paling parah adalah rasa kekenyangan tersebut berakhir pada dibuangnya makanan yang masih tersisa.
Allah telah berfirman dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 31, yang memiliki arti:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
6. Jangan Mencela Makanan
Seperti yang sempat disinggung pada awal artikel di atas. Bahwa adab makan dan minum dalam Islam sendiri dapat menjaga sebuah hubungan silaturahmi antar sesama manusia. Bahkan hal ini sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Ketika ada di sebuah tempat dan dihidangkan sebuah makanan oleh seseorang, meskipun makanan atau minuman yang dihidangkan tersebut kurang disukai, maka sangat dianjurkan untuk tidak mencelanya. Dan apabila tidak dapat mengonsumsinya, maka cukup tinggalkan saja dan beri alasan yang baik.
“Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan sama sekali. Apabila beliau menyukainya, maka beliau memakannya. Dan apabila beliau tidak suka terhadapnya, maka beliau meninggalkannya.” (HR. Muslim)
Advertisement
Scroll down untuk melanjutkan membaca
Adab Makan dan Minum dalam Islam
Cara Atasi Lemas Saat Puasa Perbesar
Atur Pola Makan Saat Sahur dan Buka Puasa / Sumber: iStockphoto
7. Segera Makan Hidangan yang Disiapkan
Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan pengikutnya untuk segera makan hidangan yang telah tersedia di depan mata. Bahkan saat sudah terdengar adzan lebih baik mendahulukan makan, dan apabila telah selesai makan baru melaksanakan salat.
Hal ini ternyata merupakan alasan yang sangat masuk akal, karena apabila salat dalam keadaan makanan sudah dihidangkan dan perut sedang lapar, maka akan membuat salat menjadi tidak tenang karena memikirkan makanan tersebut.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika makan malam sudah disajikan dan Iqamah salat dikumandangkan, maka dahulukanlah makan malam.” (HR. Bukhari)
8. Akhiri dengan Berdoa
Setelah diawali dengan doa, maka ditutup juga dengan doa, tentu sebagai ucapan syukur terhadap makanan yang telah disantap. Doa setelah makan tersebut berbunyi:
“Alhamdu lillaahil ladzii ath'amanaa wa saqoonaa wa ja'alnaa muslimiin”
Artinya: “Segala puji bagi Allah Ta'ala yang telah memberikan makanan dan minuman ini serta jadikan kami sebagai orang-orang islam.”
Maka, sebagai umat muslim hendaknya selalu mengikuti adab makan dan minum dalam Islam yang telah diperintahkan oleh Allah melalui Nabi Muhammad SAW, agar selamat baik di dunia maupun akhirat kelak.
Kultum hari ke-21
https://samudranesia.id/ceramah-singkat-lailatul-qadar/
Link kultum hari ke-21
Kultum Hari Ke-22
Pahala Yang Didapat Bagi Orang yang Dihina dan Dicaci
Menghina orang adalah sebuah perbuatan tercela, dan Allah tidak menyukai hal tersebut. Karena biasanya, orang yang suka menghina dan mencaci maki orang lain adalah mereka yang bersikap sombong.
Selain itu, menghina adalah perbuatan yang dapat menyakiti hati orang lain. Sedangkan Allah sangat membenci orang yang menyakiti orang lain, terlebih adalah orang yang menyakiti seorang muslim.
Rasulullah SAW bersabda,
"Mencaci orang Islam (Muslim) adalah perbuatan fasiq dan membunuhnya adalah perbuatan kufur." [HR. Muslim]
Namun sekarang ini banyak orang yang saling menghina satu sama lain, padahal hal tersebut adalah perbuatan dosa. Dan dosa besar tengah menantinya untuk membawanya ke neraka.
Sebaiknya, orang yang mendapat hinaan atau cacian sebaiknya tidak melakukan balasan mencela orang yang menghina dirinya itu. Karena, saat ada orang yang menghina kita justru kita akan mendapatkan pahala.
Untuk itu, kita tidak boleh bersedih apabila ada seseorang yang dengan sengaja menghina dan merendahkan kita. Karena, sebenarnya orang tersebut sedang memberikan hadiah kepada kita, yaitu:
Ia sedang memberikan kebaikannya (pahalanya) kepada kita.
Allah menghapus dosa-dosa kita dari celaan yang kita dapatkan.
Dengan kata lain, apabila kita sedang dihina atau direndahkan orang lain, maka Allah akan memberikan kita pahala apabila kita bersabar. Seorang salaf pernah berkata: "Jika aku
boleh berghibah, maka kedua orangtuakulah yang paling berhak aku ghibahi. Karena hanya mereka berdua yang paling berhak aku serahi kebaikanku".
Salah seorang salaf juga berkata: "Apabila sampai kepadamu perkataan dari saudaramu (berupa celaan) yang menyakitimu, maka janganlah engkau risau. Seandainya perkataan itu benar, maka itu adalah hukuman bagimu yang disegerakan (daripada mendapat hukuman di akhirat). Dan seandainya perkataan itu tidak benar, maka itu akan menjadi pahala bagimu tanpa harus berbuat baik."
Sedangkan bagi orang yang menghina tersebut, maka Allah sudah menyiapkan neraka dan siksa baginya. Karena mencela adalah sebuah perbuatan yang dzalim, Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." [QS. Al-Hujarat ayat 11]
Dan orang yang mencela itu adalah orang yang sedang memikul kebohongan dan dosa yang sangat besar, Allah telah menegaskannya:
"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata." [QS. Al-Ahzab ayat 58]
Untuk itu, jangan suka mencela orang lain. Karena Allah tidak menyukainya dan mereka yang berbuat demikian akan mendapatkan dosa yang begitu besar. Semoga kita selalu dalam perlindungan Allah. Aamiin.
Kultum Hari ke-23
Adab Berjalan dalam Islam
Salah satu sumber akhlak dan adab dalam Islam adalah teladan dari Nabi Muhammad SAW.
Bahkan, tujuan diutusnya beliau juga adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Hal ini tergambar dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak," (H.R. Baihaqi).
Tuntunan hidup itu dapat dilihat dari keseharian Rasulullah SAW, baik itu dari sabdanya atau juga dari cara hidup beliau yang diamati para sahabat nabi.
Salah satunya adalah adab dan tata cara berjalan sesuai yang diajarkan Islam.
Saking rinci dan sempurnanya Islam, bahkan adab berjalan pun ada aturannya. Berikut adab berjalan sebagaimana diteladankan Rasulullah SAW yang dikutip dari buku Akidah Akhlak (2020) yang ditulis Muta'allimah.
1. Berjalan dengan tenang dan sopan
Seorang muslim berjalan tidak tergesa-gesa, tenang, dan menjaga kesantunan. Artinya, matanya tidak jelalatan ke mana-mana, fokus ke jalan, tidak terlalu lambat, dan tidak juga terlalu cepat.
Hal ini sesuai sabda Rasulullah SAW: "Terlalu cepat berjalan bisa menghilangkan keindahan orang mukmin."
2. Berjalan tidak sombong
Islam melarang umatnya berjalan dengan sombong, dada dibusungkan dan pandangan mata mendongak, seolah menantang orang lain. Hal ini tergambar dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Isra ayat 37:
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung," (QS. Al-Isra [17]: 37).
3. Tidak gontai dan malas-malasan dalam berjalan
Seorang muslim dianjurkan berjalan dengan energik, tidak loyo, dan tidak gontai.
Diceritakan bahwa Umar bin Khattab amat membenci orang yang berjalan malas-malasan. Suatu ketika, ia melihat seorang pemuda berjalan dengan gontai, ia lantas bertanya: "Apakah kamu sakit?".
Lalu pemuda itu menjawab, "Tidak." Dengan tegas, Umar lalu mengangkat cambuk dan memukul pemuda itu. Ia lantas menyuruh pemuda itu berjalan dengan tegap.
Hal ini juga diteladankan Rasulullah SAW dari hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas, ia berkata:
“Nabi SAW jika berjalan beliau berjalan dengan energik, sehingga sangat terlihat bahwa beliau bukan orang yang lemah dan juga bukan orang yang malas," (H.R. Al-Baghawi).
4. Tidak mendahului orang tua
Adab berjalan yang lain adalah menghormati orang tua dengan tidak mendahului mereka tanpa izin.
Jika sedang ada urusan mendesak, sebaiknya meminta permisi sehingga orang tua tersebut tidak merasa dilangkahi.
5. Tidak berjalan sambil makan
Sebaiknya seorang muslim tidak berjalan sambil makan, meskipun hanya makanan kecil. Jika sedang terburu-buru, maka makanan sebaiknya dikunyah dan ditelan, barulah berjalan.
6. Tidak berjalan dengan satu sandal
Rasulullah SAW melarang umatnya berjalan dengan aneh dan tidak sesuai kepantasan, misalnya berjalan dengan satu sandal, ia bersabda:
"Janganlah seseorang dari kamu berjalan dalam satu sandal. Hendaknya kedua sandal tersebut dipakai atau dilepas semua," H.R. Bukhari).
Selain adab-adab di atas, seorang muslim juga sebaiknya memperhatikan akhlak lainnya yang sering kali berhubungan dengan aktivitas berjalan.
Sebagai misal, dalam buku Bimbingan Akhlak (2019), Umar Ahmad Baraja menuliskan bahwa ketika akan keluar rumah dan mulai berjalan, jangan lupa mendahulukan kaki kanan.
Selain itu, ketika berjalan, lalu bertemu orang lain, dianjurkan untuk mengucapkan salam kepada mereka, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“'Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam.' Beliau pun ditanya, 'Apa saja, Ya Rasulullah?' Jawab beliau, 'Jika engkau bertemu dengannya, ucapkan salam kepadanya. Jika dia memanggilmu, penuhi panggilannya ... " (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
Kultim Hari Ke-24
https://m.merdeka.com/jabar/7-adab-sebelum-tidur-dalam-islam-amalan-sesuai-anjuran-nabi-kln.html?page=3
Kultum Hari Ke-26
Sedekah 360 Ruas Tulang
Sesungguhnya salah satu penyebab tubuh kita dapat bergerak dengan leluasa adalah adanya sendi-sendi pada setiap ruas tulang. Dan tahukah bahwa nikmat dari setiap sendi tersebut ‘tidak gratis’? Semestinya kita setiap harinya harus mengeluarkan sedekah untuk seluruh ruas tulang tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah:
“Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk setiap ruas tulang tersebut.” (HR. Ahmad)
Seorang Doktor muslim bernama Hamid Ahmad telah mengungkapkan rahasia di balik 360 sendi tubuh manusia tersebut. Dalam sebuah bukunya yang berjudul ‘Perjalanan Iman Di dalam Tubuh Manusia’, beliau secara rinci menjelaskan apa saja yang termasuk 360 ruas tubuh yang dimaksud dalam hadits di atas, yakni:
147 sendi yang terdapat pada tulang punggung
24 sendi yang terdapat pada dada
86 sendi terdapat pada area atas (tulang bahu, siku tangan, pergelangan tangan dan tulang-tulang tangan)
92 sendi yang terdapat pada area bawah (paha, lutut, tulang lutut, kaki dan mata kaki)
11 sendi terdapat pada tulang panggul (antara tulang punggung dan tulang ekor, tulang pangkal paha, dan pubic symphysis).
Sehingga jumlah keseluruhan sendi-sendi tubuh kita sebanyak 360 ruas. Sedangkan sendi-sendi yang tertanam di antara tulang tengkorak tidak termasuk dalam sendi-sendi pergerakan bebas pada tulang-tulang manusia yang disebutkan di atas.
Semua sendi tersebut membuat kita mampu bergerak sistematis dan fleksibel. Sendi juga dikenal dengan nama ‘sinovial arthritis’ (pelumas) karena mengandung cairan yang membantu pergerakan tulang agar tidak membentur satu sama lain. Jika ada satu saja sendi tubuh kita yang tidak sempurna, maka kita akan merasakan nyeri luar biasa dan ketidaknyamanan dalam beraktivitas.
Lalu bagaimana cara bersedekah untuk 360 sendi di seluruh tubuh kita? Sedekah seperti apakah yang dimaksudkan? Mari kita simak kelanjutan dari hadits di atas:
“Dalam tubuh manusia ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk setiap ruas tulang tersebut.” Para sahabat bertanya: ”Siapalah yang mampu melaksanakan seperti itu, ya Rasulullah?” Beliau bersabda: ”Dahak yang ada di masjid lalu dipendam ke tanah (zaman dahulu lantai masjid masih berupa tanah), dan membuang sesuatu gangguan dari tengah jalan, maka itu berarti sebuah sedekah.” (HR Ahmad, no. 21920)
Jelas bahwa sedekah yang Rasulullah maksudkan adalah melakukan perbuatan-perbuatan baik, bahkan yang terlihat sepele sekalipun, sehingga kita memastikan 360 ruas tulang yang ada di tubuh kita dipergunakan untuk berbuat hal yang baik.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda, “Setiap ruas tulang manusia mempunyai peluang bersedekah pada setiap hari di mana matahari terbit, engkau berbuat adil di antara dua orang adalah sedekah, engkau membantu seseorang dalam binatang tunggangannya, lalu engkau menaikkannya ke atasnya, atau engkau mengangkatkan barangnya ke atasnya adalah sedekah, kalimah thayyibah (atau perkataan yang baik) adalah sedekah, dan setiap langkah yang engkau lakukan menuju shalat adalah sedekah, dan engkau menyingkirkan sesuatu yang menyakitkan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maasya Allah, ternyata sebagai orang yang beriman pada Allah, kita wajib berbuat baik dengan kesadaran bahwa nikmat 360 sendi yang kita miliki tidaklah ‘gratis’, melainkan menuntut sedekah dengan cara melakukan perbuatan baik sejak pagi hari. Atau minimal mengerjakan shalat Dhuha 2 rakaat.
”Setiap salah seorang di antara kamu memasuki pagi harinya, pada setiap ruas tulangnya ada peluang sedekah, setiap ucapan tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap hamdalah (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan la ilaha illallah) adalah sedekah, setiap takbir (ucapan Allahu akbar) adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, semua itu cukup tergantikan dengan dua rakaat dhuha.” (HR Muslim, hadits no. 720)
Dengan demikian, pertanyaannya kemudian, sudahkahkita secara kontinyu menunaikan kewajiban bersedekah 360 ruas tulang ini? Ataukah kita lupa bersyukur atas nikmat setiap sendi yang Allah sempurnakan untuk kita?
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar